Rabu, 28 Desember 2011

Evolusi Agama


EVOLUSI AGAMA
PENDAHULUAN
Agama merupakan peranan yang sangat penting dalam hidup dan kehidupan manusia, karena agama tidak hanya mengatur kehidupan manusia di alam akhirat saja, tetapi juga mengatur bagaimana seharusnya hidup di dunia. Agama mengajarkan nilai-nilai moral dan mengajak manusia berbuat baik dalam hubungannya dengan alam sesama manusia. Menurut Abdurrahman, dkk, bahwa kebenaran dan nilai-nilai sebagai hasil pemikiran manusia, tanpa dikendalikan oleh cahaya kebenaran agama akan mudah terjerumus dalam kesesatan.[1]
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, “agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, tata peribadatan, dan tata kaidah yg bertalian dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya dengan kepercayaan itu”.[2]
Jadi sudah barang tentu dari beberapa pemaparan diatas kita dapat menarik benang merah tentang apa agama itu. Agama jika menurut saya merupakan seperangkat aturan dan tata cara yang mengatur bagaimana manusia seharusnya berinteraksi dengan Tuhan (dalam hal ini pula hal-hal yang memiliki unsur nilai-nilai sakralitas dalam agama itu sendiri), interaksi dengan manusia (baik secara individu maupun kelompok/masyarakat), dan interaksi dengan alam (lingkungan beserta seluruh mahluk yg berada di dalamnya).
Agama memiliki fungsi yang tidak dimiliki oleh sistem sosial lainnya, yaitu agama memiliki manfaat dalam hal apa yang diajarkannya, atau dikerjakannya serta untuk memperkuat ikatan dan kontinuitas (kelestarian) masyarakat. Karena yang namanya masyarakat dan agama tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Atau menurut Emile Durkheim dalam karyanya “The Elementary Forms of Religious Life” ia menjelaskan bahwa agama adalah cara masyarakat memperlihatkan dirinya sendiri dalam bentuk fakta sosial nonmaterial. Yang dimaksud fakta sosial nonmaterial menurut Durkheim adalah bentuk kesadaran kolektif, akhirnya Durkheim menyimpulkan bahwa masyarakat dan agama (atau lebih umum lagi, kesatuan kolektif) adalah satu dan sama.[3]
Saya sepakat dengan pendapat Durkheim tentang agama, bahwasanya agama dan masyarakat adalah satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan, karena dimana ada masyarakat, maka disitu pula ada sebuah sistem kepercayaan atau bisa disebut juga agama. Agama tidak mungkin dapat muncul ketika masyarakt tidak ada, agama ada dan berkembang di tengah-tengah masyarakat, karena sesuai dengan fungsi dari agama itu sendiri yang mengatur dan mengikat masyarakat pada norma-norma tertentu.
ASAL-USUL AGAMA
Semenjak manusia dilahirkan ke muka bumi, manusia telah memiliki naluri untuk hidup berkelompok dan saling berinteraksi satu sama lainnya, maka dari itu manusia disebut sebagai mahluk sosial. Manusia selain memiliki naluri untuk hidup berkelompok (bermasyarakat), manusia pula memiliki naluri untuk memeluk suatu agama, dalam hal ini bisa disebut juga suatu kepercayaan,


[1] Abdurrahman Mas'ud, et, al. Dinamika Pesantren dan Madrasah.  Pustaka Pelajar. Yogyakarta: 2002. hlm. 41.
[2] Kamus Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa. Jakarta: 2008
[3] Ritzer, George, & Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi Modern Edisi Ke-6. Jakarta: Kencana. 2003. Hal. 23